Kamis, 25 Desember 2008

Memilih Nama

Memilih nama untuk anak adalah perkara mudah namun sulit. Meskipun nama tersebut bisa kita rename setiap saat, namun betapa repotnya kalo tiap ganti nama anak kita harus menelepon teman-temannya: "hei, namaku ganti lagi, tolong update phonebook kamu ya"

Belum lagi efek legalitas, nama sebagai identitas di KTP, catatan sipil, Ijazah, nota hutang, keanggotaan di klub bilyard, dsb, yang pasti menjadi urusan panjang kalo ganti nama.

Intinya: mudah memilih tapi harus untuk selamanya.

Aku dulu sering berpikir. kenapa wanita hamil kok sampai memakan waktu 9 bulan 10 hari? Kalau Tuhan ingin efisien, bukankah bisa 1 hari saja. Jadi kemarin positif hamil, besoknya sudah melahirkan.

Salah satu jawabannya (menurutku) adalah agar orang tua punya waktu untuk mempersiapkan segalanya sebelum kelahiran si bayi, yang salah satunya adalah mempersiapkan nama untuk anaknya.

Di masyarakat, ada pandangan bahwa mempersiapkan nama anak adalah hal tabu, karena dirasa mendahului takdir. Tetapi bagiku tidaklah demikian. Tidak ada maksud mendahului takdir atau memastikan yang belum pasti, namun lebih pada memanfaatkan waktu yang tersedia. Sebagaimana mempersiapkan dana, rencana, dan hal-hal yang membutuhkan pemikiran lainnya. Jangan sampai saat kelahiran anak baru kelabakan dengan banyak hal.

Dan di antara 9 bulan inilah perburuan nama dilakukan.

Berikut ini adalah catatan yang aku gunakan dalam menentukan nama:

1. Nama adalah doa

Asmo minongko jopo, kata orang Jawa, yang artinya kurang lebih "nama merupakan doa".

Nama identik dengan panggilan. Alangkah indahnya jika setiap kali dipanggil, saat itu juga sekaligus didoakan. Karena mayoritas bangsa ini adalah muslim, dan muslim identik berdoa dengan bahasa arab, maka kategori memberikan nama yang mengandung doa ini cenderung menggunakan bahasa arab.
Meskipun seharusnya tidaklah demikian. Doa dalam bahasa jawa juga ok, bahasa mandarin, jepang, inggris, yunani, san sekerta, juga dipersilakan. Asal tau arti dan maksudnya.

2. Kesamaan lafadz dan tulisan

Ini penting agar tidak terjadi kesalahan penulisan, atau bertanya berulang-ulang karena namanya punya banyak bentuk. Nama Rahmad misalnya, berpotensi untuk mengalami variasi: Rahmat, Rakhmat, Rakhmad, dst. Yeni -> Yenny, yenni, yeny.

Pilihan huruf sederhana harus dipertimbangkan di sini.

3. Unik dan mengena

Unik itu bagus, sehingga jika terbersit namanya, langsung terbersit orangnya. Tidak harus memilah-milah dulu di otak karena banyak wajah dengan nama yang sama. Nama Aryo Sanjaya (meskipun hanya samaran) sampai sejauh ini belum ada yang menyamai di dunia ini. Acuannya dari Google Search.

Namun unik saja tidak cukup kalo tidak mengena, yaitu keserasian nama dan orangnya.
Hmm... mau memberikan contoh tapi kuatir tidak etis :)

Dari nama sebisa mungkin sudah bisa tergambar karakter orangnya, jenis kelamin, dsb. Di sini tantangan bagi orang tuanya dalam memberikan nama.

4. Memiliki panjang ideal

Tidak terlalu pendek sebagaimana umumnya nama Jawa. Tidak terlalu panjang sehingga merepotkan saat menulis nama.

Sebagai catatan, nama panjang juga dapat merepotkan saat akad nikah, kasihan mempelai pria kalo harus mengulang-ulang ijab qobul karena kehabisan nafas saat menyebut nama calon istrinya, atau tersedak, atau belibet, atau lupa, dst.

5. Sulit dimanipulasi

Ini kiddies banget sih, dan sulit dihindari. Nama Aryo diubah jadi Parjo, nama Bondhan diganti Bondet, nama Bagas diubah jadi Bagasi. dst. Tidak penting banget sih. Skip saja.

sumber:mahesajenar.com

Tidak ada komentar: